Manusia dan Arsitektur Urban
Integrasi Konsep Islam dalam Perancangan Permukiman
Oleh: Achmad Fahmi
Hakikat agama Islam mencakup tiga unsur pokok utama, yaitu iktikad (iman), akhlak, dan amal saleh. Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan. Artinya, iktikad berfungsi jika disertai oleh akhlak yang mulia dan beramal saleh, begitu pula sebaliknya. Islam merupakan agama yang menjunjung nilai rahmatan lil ‘alamin (agama yang memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta dan seisinya). Oleh karena itu, sudah semestinya para arsitek muslim senantiasa berusaha agar rancangannya bermakna serta memberikan manfaat bagi lingkungan tempat bangunan didirikan. Selain itu, arsitek harus menghindari rancangan bangunan yang tidak bermanfaat bagi masyarakat (rancangan yang justru mengakibatkan kemudharatan).
Permukiman yang terbentuk berdasarkan kaidah agama Islam (Islamic Planning) disebut dengan istilah darussalam, yaitu permukimam yang menimbulkan kesejahteraan serta keselamatan bagi penggunanya. Islamic Planning merupakan perencanaan kota yang bersumber pada syariah, Al-Qur’an, sunah, dan tradisi yang terbentuk dalam sebuah lingkungan Islami. Perencanaan kota ini masih dipengaruhi oleh aturan-aturan dari Classical Planning, yakni elemen-elemen pembentuk jalan yang mana terdapat hierarki jalan dan pengembangan dari geometri grid di mana terdapat pertemuan jalan dengan garis tegas dan benteng atau tembok kota (Mortada, 2003). Sebagai hasilnya, lingkungan tradisional yang terbentuk merupakan interaksi antara fiqh (hukum Islam) dan proses perencanaan. Hal ini dapat kita lihat pada perancangan kota Madinah dan Tunis.
Dalam sejarah, pembentukan kota Islam diawali dengan pendirian masjid oleh Nabi Muhammad SAW di pusat kota. Kemudian Nabi Muhammad SAW membagi lahan pada daerah tersebut untuk dijadikan khittahs (quarter), ‘aataa (properti) dan dur (rumah) kepada muhajirin (kelompok ‘imigran’ pengikutnya). Untuk membantu proses interaksi dan hubungan sosial pada masyarakat, terdapat fasilitas umum seperti area suqs (pasar), citadel (pusat pemerintahan), serta madrasah (area pendidikan).


Karakter utama dari permukiman Islam pada umumnya berpusat dari suatu masjid dan taman (public space). Karena masjid merupakan pusat dari sebuah komunitas permukiman Islam, maka tempat ini selalu dilintasi jalan utama untuk mempermudah aksesnya. Adapula hierarki ruang berupa unit-unit bangunan rumah tinggal sebagai dasarnya dan masjid sebagai pusat atau intinya.


Gambaran pada kehidupan perkotaan ini berhubungan dengan aspek religius yang merupakan faktor utama, didukung oleh karakteristik kehidupan pribadi masyarakat muslim di lingkungan kota-kota Islam. Hal ini jelas tercermin pada perumahan masyarakat yang memiliki gradasi tingkat privasi pada pagar dan halaman yang mengelilingi rumah.
Di kota-kota Islam terdapat konfigurasi bangunan dan jalan organik, yaitu jalan yang kurang teratur, memiliki banyak ukuran, bercabang-cabang, serta cul-de-sac (jalan buntu). Hal ini menyebabkan terbentuknya gang-gang dan jalan-jalan sempit. Sedangkan jalan yang sedikit lebar merupakan jalan utama sebagai penghubung ke suatu daerah.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan karakter ruang terbuka pada kota-kota Islam, yakni adanya bentuk pemisah yang tegas antara ruang privat (rumah), ruang semi-privat (halaman) dan ruang publik (taman). Perencanaan kota-kota Islam juga diutamakan pada penataan urban space untuk supra individual. Kelompok supra individual ini merupakan suatu bentuk kekeluargaan, keturunan dan persamaan fungsi (Lughod, 1987).
Dalam Islam, prinsip habluminallah (hubungan dengan Allah) pada dasarnya menaungi habluminannas (hubungan dengan sesama manusia). Adapun nilai yang terkandung berhubungan dengan pengingat akan keesaan dan keagungan Allah di antaranya nilai pengingat akan kewajiban beribadah (masjid/musala), nilai pengingat atas kejadian alam ciptaan-Nya (penggunaan material pada bangunan), nilai pengingat akan kematian (keberadaan makam). Nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip habluminannas yakni kota sebagai ikatan dan intergrasi sosial, ditandai dengan pembangunan ruang terbuka (public space), pendidikan masyarakat (madrasah), dan toleransi kultural (budaya).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya konsep arsitektur, ialah suatu cara khusus yang menunjukkan syarat-syarat suatu rencana, konteks dan keyakinan dapat digabungkan bersama yang berupa perpaduan dari beberapa yang mungkin berupa gagasan, pendapat serta pengamatan ke dalam suatu kesatuan. Sedangkan konsep arsitektur islami sendiri, ialah bentukan (facade) melalui pemikiran islam yang bersumber pada Al-Qur’an, sunnah, dan tradisi.
Oleh karena itu, prinsip dasar dari karakter permukiman Islam dapat dilihat dari jaringan sirkulasi, aspek privasi, masjid sebagai simbol masyarakat, karakter ruang terbuka kota Islam serta prinsip habluminallah dan habluminannas.
Over all essai nya sangat Bagus dan menarik, menambah wawasan juga bagi pembaca awam akan dunia aristek seperti saya. Ditunggu essai selanjutnya ya min
BalasHapus